Minggu, 06 Mei 2012


ERP (Enterprise Resource Planning) & Praktek pada PT. Global Teleshop



A. Pengertian Enterprise Resource Planning (ERP)
ERP adalah sebuah sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahaan manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomatisasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi pada sebuah perusahaan.  ERP merupakan perkembangan dari Manufacturing Resource Planning (MRP) yang secara
moledular dapat menangani proses manufaktur, logistic, distribusi, persediaan (inventory), pengapalan,  invoice  dan akuntansi perusahaan. Sehingga sistem ini dapat mengontrol aktivitas bisnis seperti penjualan, pengiriman, produksi, manajemen persediaan, manajemen kualiatas dan sumber daya manusia. ERP juga sering disebut dengan Back Office System  yang mengindikasikan bahwa pelanggan dan public secara umum tidak dilibatkan dalam sistem ini.
B.  Modul-Modul yang Terdapat pada Sistem ERP
Secara modular, sistem ERP terbagi atas modul operasi sebagai modul utama dan modul financial dan akuntansi serta sumber daya manusia sebagai modul pendukung.
1.  Financial
a.  Financial Accounting  ditujukan untuk menyediakan pengukuran berkelanjutan terhadap keuntungan perusahaan, mengukur kinerja keuangan perusahaan
b.  CO-Controlling untuk mendukung kegiatan operasional
c.  Investment Management ditujukan untuk menganalisis kebijakan investasi jangka panjangdan fixed assets dari perusahaan
d.  Enterprise Controlling ditujukan untuk memberikan akses bagi Enterprise Controller.
e.  Treasury ditujukan untuk mengintegrasikan antara cash management dan cash forecasting dengan aktivitas logistic dan transaksi keuangan.
2.  Operasi (Distribution and Manufacturing)
a.  Logistics Execution à focus pada  pengaturan logistic dari masa purchasing hingga distribusi
b.  Sales and Distribution à membuat struktur data yang mampu merekam, menganalisis, dan mengontrol aktivitas untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan dan menghasilkan profit yang layak dalam periode akuntansi yang akan dating.
c. Materials Management à membantu manajemen dalam aktivitas sehari-hari dalam tipe bisnis apapun yang memerlukan konsumsi material, termasuk energy & servis.
d. Quality Management à untuk menyediakan master data yang dibutuhkan berdasarkan rekomendasi dari ISO-9000 series
e. Plant Maintenance à untuk mendukung & mengontrol pemeliharaan peralatan & bangunan secara efektif, mengatur data perawatan, dan mengintegrasikan data komponen peralatan dengan aktivitas operasional yang sedang berjalan.
f. Costumer Service
g. Project System à digunakan untuk  mendukung kegiatan suatu proyek
3.  Human Resource
Berfungsi untuk
a.  Memudahkan melaksanakan manajemen yang efektif dan tepat waktu terhadap gaji, benefit dan yang berkaitan dengan SDM perusahaan.
b.  Melindungi data personalia dari pihak luar
c.  Mambangun sistem rekruitmen dan pembangunan SDM yang efiisen melalui manajemen karir.
C.  Implementasi ERP dalam Dunia Bisnis
Implementasi sistem informasi berbasis ERP adalah suatu arsitektur software yang memiliki tujuan untuk memfasilitasi aliran informasi diantara seluruh fungsi-fungsi bisnis  didalam batas organisasi atau perusahaan dengan pihak stakeholder diluarperusahaan. ERP dibangun atas dasar sistem database yang terpusat dan biasanya menggunakan platform komputansi yang umum. Sistem informasi berbasis ERP dapat mengkonsolidasikan seluruh opersai bisnis menjadi seragam dan sistem lingkungan perusahaan yang lebih luas.
Dalam prakteknya penerapan sistem ERP dirancang berdasarkan proses bisnis yang dianggap best practice yaitu proses bisnis umum yang paling layak ditiru. Misal bagaimana proses umum yang sebenarnya berlaku untuk pembelian (purchasing), penyusunan stuk digudang dan sebagainya. Untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari sistem ERP, maka industry yang akan mengimplementasikan ERP harus mengikuti best practice process yang berlaku. Akan tetapi. Permasalahan mulai timbul bagi industry di Indonesia, contoh permasalahan bagaimana merubah proses kerja yang dikehendaki oleh sistem ERP agar sesuai dengan proses kerja perusahaan hal ini terutama dilakukan untuk modul sumber daya manusia, karena banyak perusahaan di Indonesia memiliki peraturan dan kebijakan yang berbeda dibandingkan dengan proses bisnis pada modul SDM yang terdapat pada sistem ERP pada umumnya seperti SAP. Proses penyesuaian ini dikenal sebagai implementasi dan  salah satu factor yang mementukan keberhasilan implementasi sistem ERP di perusahaan adalah proses bisnis yang telah terintegrasi didalam paket ERP merupakan paket bisnis bestpractice yang telah teruji reabilitasnya.
D. Keuntungan dan Kerugian ERP
Keuntungan dari implementasi ERP antara lain :
1.  Integrasi data keuangan untuk mengintegrasikan data keuangan sehingga top management bisa melihat dan mengontrol kinerja keuangan perusahaan dengan lebih baik.
2.  Standarisasi Proses Operasi untuk menstandarkan proses  operasi melalui implementasi best practice sehingga terjadi peningkatan  produktivitas, penurunan inefisiensi dan peningkatan kualitas produk.
3.  Standarisasi Data dan Informasi  untuk menstandarkan data dan informasi melalui keseragaman pelaporan, terutama untuk perusahaan besar yang biasanya terdiri dari banyak business unit dengan jumlah dan jenis bisnis yang berbeda-beda.
Kerugian yang mungkin terjadi ketika salah menerapkan ERP antara lain :
1.  Strategi operasi tidak sejalan dengan business process design dan pengembangannya.
2.  Waktu dan biaya implementasi yang melebihi anggaran.
3.  Karyawan tidak siap untuk menerima dan beroperasi dengan sistem yang baru.
4.  Persiapan implementation tidak dilakukan dengan baik.
5.  Berkurangnya fleksibilitas sistem setelah menerapkan ERP

E. Konsep Dasar ERP

Sistem ERP adalah sebuah terminology yang diberikan kepada system informasi yang mendukung transaksi atau operasi sehari-hari dalam pengelolaan sumber daya perusahaan. Sumber daya tersebut meliputi dana, manusia, mesin, suku cadang, waktu, material & kapasitas. Konsep dari ERP dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Konsep Dasar ERP

Sistem ERP dibagi atas beberapa Sub SIstem, yaitu Sistem Financial, Sistem Distribusi, SIstem Manufaktur dan Sistem Human Resource. Pada prinsipnya, dengan system ERP sebuah industry dapat dijalankan secara optimal & dapat mengurangi biaya-biaya operasional yang tidak efisien seperti biaya inventory (slow moving part,dll), biaya kerugian  akibat ‘machine fault’, dll. Dinegara-negara maju yang sudah didukung oleh infrastruktur yang memadaipun, mereka sudah dapat menerapkan konsep JIT (Just In Time).  Segala sumber daya untuk produksi benar-benar disediakan hanya pada saat diperlukan (fast moving). Termasuk juga penyediaan untuk suku cadang maintenance, jadwal perbaikan  (Service) untuk mencegah terjadinya machine fault, inventory, dsb.

F. Arsitektur ERP

Sistem ERP banyak menganut system arsitektur 3-tier atau lebih. Dalam system arsitektur 3 tier, user interface berjalan diclient.

  •          Presentation Layer :  Graphical User Interface (GUI)  atau browser untuk mengentri data atau mengakses fungsi system.
  •          Application Layer : business rule, logika fungsi, dan program yang menerima/mengirim dari/ke server database.
  •          Database Layer : Manajemen transaksi data termasuk pula metadatanya.


Secara singkat, untuk penerapan sistim ERP beberapa hal yang perlu di pertimbangkan antara lain adalah infrastrukturnya. Infrastruktur itu meliputi:
1. People
Meliputi komitmen waktu, dukungan manajemen puncak, rasa memiliki, keterlibatan, semangat dan rasa penolakan yang minimum. 
2. Proses
Proses berkaitan dengan proses bisnis yang sedang berjalan, proses bisnis yang ada di dalam ERP, proses bisnis ke depan dan juga proses pelaksanaan implementasi sistim ERP. 
3. Teknologi
Teknologi meliputi infrastruktur jaringan, hardware dan software. 

Kriteria pemilihan sistim ERP :

1. Untuk jangka panjang
Tentunya sistim ERP yang dibangun harus busa berjalan terus.

2. Solusi yang kuat
Cari sistim ERP yang memang sudah terbukti di pangsa pasar dan semua lapisan industri

3. Timing perpindahan sistem sekarang ke sistim ERP beserta strateginya
Strategi perpindahan data/sistim yang dipakai saat ini ke sistim ERP. Apakah ERP tsb mempunyai tools-nya atau dengan program atau dengan banyak usaha. Jika terdapat kesalahan maka akan berakibat fatal.

4. Metodologi implementasi dari vendor
Yang perlu diperhatikan adalah kapan total solusi ini selesai di-delivery yang hal ini berkaitan dengan biaya yang akan dikeluarkan perusahaan. 

4. 1 Fase – fase dalam implementasi sistim ERP :

a. Scoping
Informasi tentang bisnis perusahaan kemudian disusun project plan, definisi lingkup area kerja, jadual implementasi, nilai proyek, sumber daya dari vendor dan perusahaan. Semuanya harus didokumentasikan.

b. Education
Training dan knowledge transfer dari konsultan ke IT People. 

c. Business Analysis
Detail dari aturan-aturan dan tanggung jawab dari bisnis proses implementasi. Mencakup analisis proses bisnis, as is business process, proses bisnis ERP, to be business process. 

d. Application Configuration
Sudah dibanung prototype setting dan parameter yang akan digunakan. 

e. Testing dan End User Training
Testing dilakukan oleh key user meliputi unit test per aplikasi dan integration test (satu aliran proses bisnis). 

f. Readness Assesment
Dokumentasi panduan bisnis prosedur, manual untuk user. 

g. Deployment
Sistim lama sudah tidak dipakai lagi, user siap memakai sistim ERP ini. 

5. Customize sesuai kebutuhan
Tiap perusahaan memiliki kebutuhan bisnis yang belum tentu sama dengan fitur-fitur dalam sistim ERP. 

6. Dominan dalam industri manufaktur dan distribusi
Industri distribusi dan manufaktur merupakan industri yang cukup banyak aplikasinya dan cukup rumit. 

7. Terbukti scalability-nya
Cari customer reference dalam industri yang sama yang sudah memakai sistim ERP dengan jangka waktu tertentu. 

8. ROI (Return of Investment) yang bagus
ERP sebagai aset yang diinvestasikan. Hubungan manfaat dari ROI dan ERP adalah meningkatnya akurasi data, mengurangi waktu senggang, efisiensi yang tepat, meningkatkan market share, komunikasi antara area menjadi hemat, mengurangi inventori, kontrol profit margin, meningkatkan loyalitas dari customer dengan respon yang cepat dan efektif.


G. Design



ERP yang merupakan kependekan dari Enterprise Resource Planning adalah integrasi dari praktek management bisnis dengan teknologi modern. IT terintegrasi dengan 'core' proses bisnis dari unit bisnis untuk merangkumkan dan menyelesaikan tujuan bisnis secara spesifik.


Pada prinsipnya, ERP adalah sebuah gabungan dari 3 buah komponen penting, yaitu: Praktek Management bisnis, IT dan Tujuan dari bisnis yang spesifik.
Sederhananya, ERP adalah sebuah arsitektur software yang membantu streaming dan pendistribusian informasi terhadap seluruh bisnis unit. ERP memberikan para eksekutif sebuah overview yang komprehensif yang akan mempengaruhi keputusan bisnis secara produktif.



Pada core ERP terdapat sebuah data respository terpusat dan ter'managed' yang merequest dan mensupply informasi atau data untuk suatu aplikasi operasional dalam platform universal komputer yang terintegrasi satu sama lainnya.


Pada awalnya ERP hanya diimplementasikan pada organisasi yang besar dengan organisasi yang mengunakan resources yang sangat luas, namun sekaranga penggunaan ERP sudah mengalami perubahan beberapa tahun terakhir ini, dan ERP sekarang dapat diimplementasikan pada skala perusahaan menengah dan berbagai macam industri.


Arsitektur software ERP sekarang ini dapat merangkum fungsi-fungsi yang ada dalam suatu bisnis dan mengintegrasikannya dalam satu tempat dari gabungan database. Misalkan, fungsi dari HRD, Supply Chain Management, Customer Relationship Management, Keuangan, produksi, management gudang dan logistik, yang mana dulunya menggunakan aplikasi/software dan database masing-masing & terpisah, maka sekarang ini masing-masing unit aplikasi itu disatukan dengan satu payung, yaitu arsitektur ERP.









H. Praktek :


I. Problem Perusahaan

Global Teleshop sempat kesulitan dalam mengelola ratusan toko mobile device-nya yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Namun, kini tidak lagi. Apa terobosannya?
Bisa dibayangkan betapa rumitnya mengelola ratusan gerai yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Hal itu pernah dialami manajemen PT Global Teleshop (GT). Betapa tidak, GT mesti mengelola 305 jaringan ritel toko gadget-nya yang tersebar di 133 kota di 23 provinsi di Indonesia.
Kerumitan akan dirasakan dalam hal bagaimana memantau pergerakan dan persediaan barang di tiap gerai, bagaimana mengetahui kebutuhan suatu gerai terhadap jenis ponsel tertentu, bagaimana mengetahui jumlah transaksi yang terjadi, bagaimana rantai pasoknya, hingga bagaimana mengelola aset perusahaan dan kebutuhannya di tiap gerai. Tentunya, cukup merepotkan ketika semuanya mesti dilakukan secara manual. “Dulu, ketika jumlah outlet masih belasan, semuanya masih bisa dikelola dan dikerjakan secara manual. Walaupun ada saja masalahnya, seperti barang sering hilang atau duit tidak masuk,” ungkap Andreas Thamrin, Direktur Operasional GT, mengenang. “Tetapi, ketika jumlah outlet sudah mencapai ratusan, dan tersebar di berbagai kota, tidak mungkin lagi dikelola secara manual. Jadi, perlu ditangani dengan sistem TI,” ia menambahkan.
Cikal bakal GT dimulai tahun 1996 sebagai distributor produk telekomunikasi, di bawah bendera PT Cipta Multi Usaha Perkasa. CMUP mulai masuk ke bisnis ritel toko mobile device pada April 1997 ketika mengambil alih 11 gerai Satelindo Direct, milik PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo). Tiga bulan kemudian brand Satelindo Direct diganti menjadi GT.
Seiring dengan pertumbuhan bisnis, hingga awal tahun 2000 jumlah gerai GT sudah mencapai ratusan. Menurut Andreas, ketika jumlah gerai semakin banyak, mulai dirasakan perlunya memiliki sistem TI yang bisa mendukung proses bisnis, terutama untuk mengelola gerai-gerai tersebut. 

II. Strategi Penerapan

Karena itu, pada 2003 mulai dikembangkan sistem buatan sendiri (in-house development), yang disebut Global Point of Sales (GPOS). Nah, untuk mengembangkan GPOS butuh waktu dua tahun hingga bisa di-roll out ke seluruh gerai pada 2005. Sebenarnya, GPOS tak lebih dari sistem point of sales (POS), yang ditujukan untuk menangkap (capture) data penjualan di gerai. Jadi, tidak ada hubungannya dengan sistem back office. “Aplikasi GPOS ini lebih ke upaya meng-capture penjualan. Sementara pembayaran dari supplier masih manual,” ucap Andreas. “Jadi, yang ada adalah laporan penjualan, tetapi tidak ada report pembelian, misalnya berapa utang ke supplier hari ini.”
Ditambahkan Irwan Gondawijaya, Kepala Divisi TI GT, fokus awal pengembangan TI di GT memang lebih pada pengembangan sistem di setiap gerai dulu. Setelah itu jalan, mulai dirasakan ada kesulitan dalam konsolidasi data. Maka, pada akhir 2006 mulai dibangun sistem untuk di bagian belakangnya (back office), yang kemudian disebut Global Information System (GIS). Untuk menghubungkan GPOS dan GIS dibuatkan mekanisme text file di setiap gerai, lalu dikirim lewat file transfer protocol. “GIS fungsinya lebih untuk konsolidasi data dari masing-masing gerai. Untuk mengintegrasikannya kami gunakan sistem batching,” kata Irwan. 

III. Kendala – Kendala Perusahaan

Mengapa GT fokus dulu pada pengembangan sistem di gerai? Menurut Irwan, karena gerai inilah jantung bisnis GT. Bisa dibayangkan jika di gerai-gerai tidak ada sistem, tak ada yang tahu berapa jumlah barang, apakah ada duit yang masuk atau tidak, dan sebagainya. “Karenanya, dulu sering terjadi duit atau barang hilang, kami tidak tahu ke mana,” katanya. Nah, dengan adanya GPOS, data di gerai bisa dipantau, misalnya ketika konsumen datang membeli ponsel, lalu dibuat kuitansinya, sehingga bisa terlihat uang yang masuk dan barang yang keluar. 
Namun, dalam perjalanannya, keberadaan kedua aplikasi tersebut dirasakan tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan. Selain banyak kerjaan yang terduplikasi, aplikasi (GPOS) itu tidak bekerja secara real-time. Dulu, biasanya, pada malam hari, para manajer gerai akan mengirim data ke kantor pusat dengan surat elektronik. Esok harinya, di kantor pusat data itu dikonsolidasi. “Itu tidak efisien,” kata Andreas. Lalu, manajemen GT pun memutuskan mencari sistem yang mampu mengelola gerai secara terintegrasi. 

IV. Keuntungan

Setelah melalui beberapa pertimbangan dan seleksi, lalu diputuskan mengadopsi solusi Pronto-Xi—solusi Enterprise Resources Planning (ERP) dari Pronto Software yang berbasis di Australia. Salah satu kelebihan ERP Pronto adalah sudah biasa mengelola bisnis ritel telekomunikasi. Adapun ERP lain sifatnya generic retail. “Pronto memiliki track record yang cukup bagus dalam mendukung proses bisnis di perusahaan ritel di luar negeri,” ungkap Andreas “Kebetulan saya sudah mengenal dan memakainya ketika masih berbisnis ritel telekomunikasi di Australia.” 
Diklaim Irwan, proses implementasi solusi Pronto-Xi tersebut berlangsung lancar dan cepat. Hanya butuh waktu enam bulan hingga go live pada Maret 2010. Proses implementasinya dibantu PT Pratesis, sebagai mitra Pronto di Indonesia. Semua modul dalam paket ERP tersebut diambil, tetapi belum semua digunakan. Modul yang sudah digunakan terutama untuk ritel dan distribusi, seperti modul Purchasing, POS, Sales, Inventory, AR/AP, GL, dan Fixed Asset Management. “Kami ambil paketnya, tetapi belum diadopsi semua modulnya. Misalnya, aplikasi CRM dan BI,” Irwan mengakui. “Bertahap-lah, melihat kebutuhan dulu.” 
Untuk mendapatkan layanan solusi ERP tersebut, menurut Januar Chandra, Direktur Keuangan GT, investasi yang dibenamkan perusahaannya cukup besar. Walaupun tidak mau merinci besarannya, Januar menyebutkan investasinya di atas Rp 5 miliar. Investasi tersebut, antara lain, untuk membeli lisensi atas 400 user. “Prinsipnya, investasi itu sepadan dengan manfaat yang kami peroleh,” Januar menegaskan. “Kami bangga sebagai retailer telekomunikasi pertama di Indonesia yang menerapkan ERP secara end-to-end dan real-time,” Andreas menambahkan.
Kebanggaan Andreas itu mengacu pada proses kerja di seluruh jaringan gerai dan kantor pusat GT yang sudah terintegrasi dari hulu ke hilir. Misalnya, mulai dari proses pembuatan purchase order, lalu kirim invoice, cukup dilakukan dengan solusi tersebut. Ketika barang datang diterima langsung di gudang. Bagian gudang akan langsung meng-input, bahwa barang sudah diterima. Datanya itu akan masuk ke pembukuan sehingga menjadi tagihan. 
Lalu, barang itu didistribusikan ke gerai-gerai. Misalnya, dikirim ke GT Padjajaran, Bandung, 10 unit BlackBerry Dacota, dengan nomor IMEI sekian. Di gerai tersebut, unit smartphone Dacota itu akan diidentifikasi dengan sistem secara real-time
Begitu juga, ketika ada pembeli, karyawan GT di suatu gerai cukup memasukkan data mengenai jenis barang, harga, tanggal penjualan, dan sebagainya. Setelah di-input, data penjualan itu akan terkirim ke kantor pusat saat itu juga. Ketika barang itu terjual, di pembukuan akan tercatat sebagai pemasukan. Dengan begitu, at the end of the day, semua data direkonsiliasi untuk dikirim ke pusat. “Itu yang membuat kami bangga. Semua proses bisnis di GT dari ujung ke ujung sudah terintegrasi, mulai dari pesan barang, jual barang, terima uang, hingga reporting,” Andreas menegaskan. “Itu semua mampu mengurangi proses manual dengan sangat signifikan, sehingga menjadi sangat efisien dan efektif.” 
Ditambahkan Irwan, karena sistemnya sudah online, ketika terjadi transaksi di suatu gerai, kantor pusat pun akan langsung tahu. Bahkan, termasuk cara pembayarannya pakai apa (tunai atau kredit) bisa diketahui. Begitu pula, bisa diketahui posisi stok barang di setiap gerai, berapa banyak yang terjual, sehingga dapat memprediksi berapa banyak yang harus dibeli dan kapan pengadaan barangnya. “Jadi, supply chain-nya lebih teratur, lebih terkontrol. Selain itu, kami juga bisa mengontrol distribusi barang,” ucap Irwan.
Misalnya, sebuah gerai membutuhkan barang, maka akan datang permintaan ke bagian logistik. Ketika bagian logistik bilang oke, ia pun tidak perlu menginformasikannya ke gerai. Sebab, orang di gerai cukup melihat di sistem: ia akan tahu bagian logistik akan mengirim berapa banyak. Tentu saja, bukan hanya gerai pemesan yang bisa melihat transaksi itu, tetapi kantor pusat GT pun bisa mengetahui pergerakan semua barang dari bagian logistik ke semua gerai dan sebaliknya, ataupun yang terjadi antargerai. 
Supaya antara gerai-gerai dan kantor pusat bisa saling terhubung dan terintegrasi, di setiap gerai GT tersedia perangkat PC, koneksi Internet dan fasilitas EDC untuk pembayaran non-cash. Untuk koneksi Internet antargerai, jaringan yang digunakannya cukup beragam, tergantung pada lokasinya. Ada yang memakai Speedy, fiber optik untuk kawasan SCBD, CBN untuk beberapa mal (seperti Mal Taman Anggrek), dan ada juga yang memakai Biznet. 
Adapun kantor pusat GT menggunakan layanan FO dari FirstMedia dengan kecepatan koneksi 3 Mbps dan sudah redundant. Maklum, layanan online real-time ini tidak boleh down.
Baik Andreas, Januar, maupun Irwan mengakui banyak manfaat yang mereka peroleh setelah menggunakan solusi terintegrasi end-to-end tersebut. Klaim mereka diamini beberapa manajer gerai. 
Retyo Sri Hudara, Asisten Manajer Ritel GT Area Jabodetabek-2, mengaku juga merasakan perubahan signifikan setelah diadopsinya solusi baru di GT. Terutama, sistem kerja yang online dan real-time. Dengan begitu, masing-masing person-in-charge atau penanggung jawab di gerai dapat melihat posisi stok yang mereka miliki, dan dengan mudah bisa melakukan transfer stok bila ada pelanggan yang mencari barang yang tidak dimiliki gerai tersebut. Permintaan barang pun dapat dilihat dengan membandingkan stok yang ada.
Ditambahkan Ria Komalaratih, Head of Blackberry Lifestyle Store Mal Kelapa Gading, karena GT sudahmenerapkan sistem POS secara real-time, dengan sendirinya turnover stokberbanding penjualan bisa dibilang sangat sehat. 

V. Rencana yang akan datang

“Ke depan, perlu didongkrak lagi kinerja Internet service provider sehingga loading-nya tidak lama,” ujar Retyo menyarankan. “Untuk pengembangan sistem ini mungkin perlu diaplikasikan modul CRM di gerai dalam waktu dekat ini,” Ria menambahkan. 
Menanggapi hal itu, baik Andreas maupun Januar berjanji akan terus mengembangkan sistem TI di GT. “Tahun depan, kami memang akan implementasi aplikasi CRM dan BI,” ujar Andreas. “Kami akan terus melakukan pengembangan TI, namun secara bertahap sesuai dengan kebutuhan bisnis,” Januar menambahkan. (*) 

BOKS 1:
Sekilas Profil Terkini Global Teleshop
Global Teleshop adalah merek korporat PT Cipta Multi Usaha Perkasa (CMUP), perusahaan di bidang distribusi ponsel di Indonesia. CMUP mulai masuk ke bisnis ritel mobile devices ketika mengakuisisi 11 gerai Satelindo Direct, Juni 1997. Lalu, brand Satelindo Direct diganti menjadi Global Teleshop.

Saat ini jaringan ritel GT telah mencapai 305 gerai yang tersebar di 133 kota di 23 provinsi di Indonesia. Pada 2009 GT memperkenalkan gerai dengan konsep dan desain baru, yang mengadaptasi konsep modern, simplicity, customer oriented, dan total experience.

Pada Januari 2010, GT melakukan langkah strategis: mereposisi gerai, yaitu sebagai gerai multimerek (sebelumnya hanya merek Nokia). Dari sini, GT memperoleh kepercayaan untuk mengelola 20 gerai LG Mobile Showroom & Service Centre. Selain itu, GT juga dipercaya mengelola Samsung Store, Nokia Store, bahkan menjadi satu-satunya jaringan ritel mobile devices yang dipercaya sebagai pemegang lisensi Apple Premium Reseller, dengan 20 gerai Apple Store. Research In Motion (RIM) pun akhirnya memercayakan gerai pertama mereka di Indonesia kepada GT, dengan dibukanya Blackberry Lifestyle Store pertama di Mal Kelapa Gading 3.

BOKS 2 :
Manfaat Setelah Memakai Solusi Terintegrasi End-to-End


  •          Pengaturan pembelian stok jauh lebih mudah.
  •          Pengalokasian juga lebih mudah karena tahu persis kebutuhan gerai.
  •          Pengaturan dan monitor distribusi barang lebih mudah.
  •          Gerai GT bisa tahu jumlah dan jenis barang yang akan dikirim ke mereka.
  •          Transaksi yang tercatat di sistem gerai terdata di sistem kantor pusat GT.
  •          Kehilangan barang atau uang bisa dihindarkan.
  •          Data transaksi bersifat real-time, sehingga pelaporan jauh lebih cepat.
  •          Di level manajemen, proses pembuatan keputusan jadi lebih mudah dan cepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar